Bukan rahasia jika setiap wanita ingin tampil menarik. Entah jerawat, flek hitam, kulit kusam, kerutan di wajah, rasanya sekarang hampir semua ketidaksempurnaan wajah dapat ditutupi menggunakan kosmetik. Bisnis poles memoles yang tidak lekang oleh waktu ini, mendorong munculnya kosmetik-kosmetik baru. Tidak jarang wanita rela merogoh kocek dalam demi mendapat hasil yang dijanjikan. Namun sebagian orang tidak beruntung dan mengalami ketidakcocokan terhadap kandungan kosmetik. Walhasil cantik tak dapat diraih, malah jerawat dan kemerahan yang didapat.
Alergi dan iritasi
Reaksi alergi yang berat terhadap kosmetik jarang ditemukan. Meski demikian, reaksi ringan ataupun iritasi pada produk kosmetik merupakan hal yang umum terjadi. Penelitian mengatakan bahwa 10% orang akan mengalami reaksi kulit tertentu akibat penggunaan kosmetik suatu waktu dalam seumur hidup. Reaksi ini lebih sering terjadi pada kaum hawa, mengingat lebih banyak wanita yang menggunakan produk kosmetik dibanding laki-laki.
Reaksi kulit yang terjadi akibat ketidakcocokan kosmetik disebut dengan dermatitis kontak, yaitu peradangan kulit yang terjadi akibat kontak langsung dengan bahan yang menyebabkan reaksi. Dermatitis kontak ini dapat terjadi melalui dua cara, yaitu iritasi atau alergi. Dermatitis kontak iritan (DKI) dan dermatitis kontak alergi (DKA) merupakan dua jenis penyakit kulit yang paling sering dijumpai. Keduanya sulit dibedakan satu sama lain, dan sering tumpang tindih karena penyebab yang hampir sama.
Dematitis kontak iritan lebih sering terjadi dibanding alergi dan dapat dialami siapa saja. DKI dapat menyebabkan rasa seperti terbakar, nyeri menyengat, gatal, dan kemerahan pada daerah di mana produk digunakan. Iritasi akan menyebabkan rusaknya pertahanan kulit, sehingga jika produk kembali digunakan akan menyebabkan iritasi yang lebih berat. Misalnya berupa kulit yang melepuh dan lecet akibat digaruk. Kulit yang lebih tipis, seperti di kelopak mata, akan lebih mudah mengalami DKI. Berat ringannya iritasi bergantung pada kekuatan bahan kimia yang menyebabkan iritasi (iritan), lamanya kontak, dan kekuatan kulit seseorang. Misalnya parfum lebih cepat menyebabkan iritasi dibanding sabun mandi.
Bahan iritan yang paling sering dijumpai antara lain asam, basa (alkali), deterjen, dan pelarut yang dapat merusak fungsi barrier kulit. Bahan iritan ini dapat ditemukan dalam sabun mandi, pembersih make-up, shampoo, antiperspirant (deodoran), dan larutan pengeriting rambut.