Pada tahun 2017 lalu tepatnya di bulan Mei, the American Urological Association (AUA) kembali menegaskan statemennya, bahwa sunat pada bayi memiliki manfaat dan keuntungan yang cukup baik dari sisi kesehatan dibandingkan kemungkinan risiko yang dapat ditimbulkan dari sirkumsisi.
Para pakar di Amerika berpendapat bahwa sunat pada bayi sesungguhnya aman dilakukan, hanya saja dibutuhkan dokter yang berpengalaman untuk melakukannya. Beberapa risiko yang mungkin dapat terjadi pada tindakan sirkumsisi pada bayi diantaranya perdarahan, infeksi, trauma pada penis, scar pada kulit penis, chordee dan bentuk atau tampilan penis yang kurang baik saat dewasa nanti.
Beberapa komplikasi tersebut mungkin memerlukan tindakan koreksi di kemudian hari. Meski demikian orang tua tidak perlu khawatir. Angka terjadinya komplikasi dalam beberapa penelitian cukup rendah hanya berkisar 1 hingga 3%, dan lebih kecil lagi jika dilakukan oleh dokter berpengalaman.
Melakukan tindakan sirkumsisi pada usia bayi umumnya memberikan manfaat yang lebih baik, karena dapat mencegah terjadinya phimosis, paraphimosis dan balanoposthitis. Tindakan sunat pada bayi juga terbukti dapat mengurangi kejadian kanker penis pada populasi laki-laki di Amerika Serikat.
Selain itu kejadian infeksi saluran kemih juga menjadi semakin menurun pada bayi dan anak-anak yang telah melakukan tindakan sirkumsisi. Dalam sebuah penelitian bahkan dikatakan angka kejadian infeksi kulup dan saluran kemih pada bayi usia 3 – 6 bulan lebih tinggi hingga 10 kali lipat pada bayi yang belum melakukan sirkumsisi di bandingkan bayi yang sudah melakukan tindakan sirkumsisi.
Penelitian lain yang dilakukan di Afrika menunjukan bahwa khitan mampu mengurangi sebesar 50-60% risiko penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) kepada laki-laki HIV negative melalui kontak seksual dengan perempuan HIV positif.