2 Penyebab Utama Kolik pada Anak

Ani gelisah. Bayinya, Akmal yang berusia 8 minggu, menangis terus semalaman. Padahal, Akmal minum susu, tidur, dan buang air besar serta kecil seperti biasa. Hanya saja, jika sudah menangis Akmal akan terus meraung dan sulit didiamkan meski berbagai cara dicoba. Selain itu, putra pertamanya ini juga sering gumoh setiap habis minum susu. Tidak hanya stress mendengar tangisan sang bayi, Ani malah jatuh sakit karena kurang istirahat. Tidak tahan dengan kondisi ini, Ani kemudian memeriksakan Akmal ke dokter.

klik banner konsultasi via wa

 

Mengapa bayi menangis?

Menangis adalah cara yang lumrah dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan orang tuanya. Namun, jika menangis jadi berlebihan, orang tua harus mencurigai ada hal yang tidak beres pada bayinya, entah karena stress atau keinginan si kecil yang tidak terpenuhi. Menangis berlebihan yang tidak dapat dihentikan dengan dihibur dalam istilah medis disebut sebagai kolik. Di sisi lain, menangis juga dapat merupakan tanda bahwa bayi sedang lapar, mengalami nyeri, popoknya penuh, adanya rasa tidak nyaman misal terlalu banyak stimulasi, suhu ruangan yang terlalu dingin/panas, bayi lelah, dan sebagainya.

Tidak semua bayi mengalami kolik, dan tidak setiap kali bayi menangis disebut kolik. Diagnosis kolik pada bayi dapat ditegakkan jika bayi rewel terus menerus dengan intensitas meningkat, menangis yang dimulai dan berhenti tanpa penyebab yang jelas. Menangis ini dapat berlangsung selama tiga jam atau lebih setiap hari, dan berulang minimal 3 hari per minggu, serta terjadi pada bayi yang sehat tanpa gangguan pertumbuhan.

Menurut penelitian, kolik terjadi pada 5-20% bayi. Jumlah bayi penderita kolik yang minum ASI dan susu formula sama. Demikian juga pada bayi perempuan atau laki-laki. Penyebab terjadinya kolik belum diketahui secara pasti. Namun beberapa pakar, menduga berasal dari gangguan pencernaan si kecil. Misalnya akibat intoleransi makanan, kurangnya enzim pencerna susu, alergi protein susu sapi, gastro-esofageal reflux disease (GERD), dan ketidakseimbangan kuman-kuman di usus.

Jangan langsung ditidurkan

Umumnya, kolik pada bayi disebabkan oleh GERD. GERD adalah membaliknya susu atau makanan dari lambung ke kerongkongan si kecil. Pada bayi, kita sering menyebut hal ini sebagai gumoh. Untuk menghindari terjadinya GERD, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan. Di antaranya tidak memberi makan terlalu banyak pada bayi, memberikan susu formula yang dikentalkan, dan pemberian susu terhidrolisat. Selain itu, kita perlu memperhatikan posisi bayi saat memberikan ASI atau susu. Posisi mendatar dapat menyebabkan makanan keluar kembali. Karena itu, dianjurkan untuk memberi makan atau minum dengan posisi kepala ditinggikan. Setelah minum susu, bayi juga tidak dianjurkan langsung dibaringkan terlentang.

Selain GERD, kolik juga dapat disebabkan oleh aktivitas laktase atau enzim untuk mencerna susu yang rendah. Secara fisiologis, fungsi saluran cerna bayi belum sempurna saat lahir, termasuk diantaranya produksi enzime laktase. Enzim yang tersedia untuk mencerna susu hanya memenuhi 70% kebutuhan bayi, dan hal ini berlangsung sampai bayi berusia kurang lebih 3-4 bulan. Akibatnya, susu yang diminum tidak tercerna dengan baik dan menjadi makanan bagi bakteri di usus. Proses pencernaan susu oleh bakteri ini akan menghasilkan gas di dalam usus. Gas ini selanjutnya menyebabkan kembung, sehingga bayi menjadi rewel.

klik banner konsultasi via wa