Anak-anak dari rumah tangga yang baik memiliki risiko yang sama besar terkena kekerasan seksual secara online dengan anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak baik, sebuah laporan memperingatkan.
Remaja yang sebelumnya tidak pernah dianggap memiliki risiko karena mungkin mereka anak baik-baik dan berasal dari keluarga yang baik dapat menjadi korban ketika berada di dunia kekerasan secara online sama seperti anak yang berasal dari keluarga yang menerapkan pendidikan yang keras.
Studi yang dilakukan oleh Barnardo’s and the Marie Collins Foundation juga mengatakan bahwa anak-anak di Inggris yang berumur delapan tahun menjadi target pedofil di dunia maya.
Sebuah survei yang dilakukan secara bersamaan dengan laporan ini menemukan hampir seluruh anak-anak menyembunyikan kegiatan online mereka dari orang tua. Polling Ipsos Mori menemukan 48% anak-anak mengatakan orang tua mereka hanya mengkhawatirkan beberapa kegiatan yang mereka lakukan secara online.
Satu dari sembilan (11%) mengakui orang tua mereka tidak mengetahui apa pun tentang aktivitas mereka selama berselancar di internet. Banyak anak menganggap mengirimkan foto bugil adalah hal yang biasa, laporan ini menjelaskan.
“Semua proyek yang berkontribusi untuk laporan ini menitiberatkan kepada beberapa arahan bahwa mereka telah mendapatkan konten seksual yang tidak semestinya selama beberapa tahun belakangan.” Menurut halaman ke 100 dokumen ini.
“Sering kali, tidak ada indikator yang dapat mengindentifikasi bahwa anak-anak ini akan menyadari bahwa mereka dalam risiko terkena ekploitasi seksual dan data yang signifikan berasal dari keluarga yang baik dan perhatian, tapi telah terserat kepada hubungan yang mengandung kekerasan dan sangat berisiko di dalam aktivitas online mereka.”
Pada sebuah kasus, anak berumur 14 tahun bernama Jenny yang merupakan anak yang baik dan pintar berasal dari keluarga yang memiliki perekonomian baik dan penyayang, ia juga dikenal sebagai murid yang berprestasi. Namun selama aktivitas internetnya ia bertemu dengan seorang pedofil dan diperkosa. Laporan ini menyebutkan.
Pegawai dari Barnardo yang melakukan wawancara untuk laporan ini mengatakan para korban berumur 10,11, dan 12 tahun.
Dan seorang konselor telah membantu sebuah keluarga dengan putri berumur delapan tahun yang berakhir di percakapan online dan dibujuk untuk melakukan pose telanjang.
Staf dari charity mengatakan bahwa anak-anak yang biasanya mereka tangani menganggap biasa penggunaan bahasa yang mengandung unsur seksualitas dan mengirimkan foto bugil mereka sendiri kepada orang asing di internet.
Seorang yang mengerjakan proyek ini mengatakan, “mayoritas dari kasus yang saja kerjakan melibatkan internet.”
Website atau aplikasi yang biasanya dianggap mempunyai tautan dengan eksploitasi seksual untuk anak-anak adalah Facebook, Instagram, BBM, Whatsapp, dan Skype.
Para orang tua seharusnya lebih memperhatikan aktivitas internet anak-anak mereka agar tidak menjadi korban, karena internet dapat menjadi hal yang negatif jika tidak diawasi.