JawaPos.com – Berbagai klinik khitan atau sunat di perkotaan banyak dijumpai. Namun bagaimana dengan di desa-desa yang mengalami keterbatasan akses wilayah dan fasilitas medis.
Khitan adalah sesuatu yang sifatnya tradisi di mayoritas masyarakat. Apalagi kaum muslim yang umum melakukan khitan. Penanganan khitan yang baik dan profesional masih terbatas.
“Kalau lihat di pedalaman ada yang enggak pakai obat bius. Pakai air dingin di kali, lalu disunat dukun. Sunat pakai silet, pisau, atau bambu. Sama dengan di Afrika diikat pakai tali lalu dipotong,” kata Pakar Sunat dan Pendiri Rumah Sunatan, dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, Selasa (13/12).
Apalagi di kawasan Indonesia timur, lanjutnya, metode sunat masih tradisional. Mahdian pernah menemui kasus di Maluku Utara dimana metode sunat tanpa obat bius.
“Ditahan-tahan saja kalau sakit. Harusnya dilakukan oleh tim medis profesional. Banyak kan kita dengar terjadi kesalahan potong jika belum mahir atau masih belajar,” katanya.
Jika tidak, kata dia, maka berisiko terjadinya komplikasi. Contohnya, terjadi pendarahan (bleeding) dan infeksi.
“Karena tidak dijahit. Cuma dijepit dikasih bubuk ini bisa infeksi. Di desa memang masih terbatas metode sunat yang dilakukan,” jelasnya.
http://www.jawapos.com/read/2016/12/14/70655/banyak-metode-khitan-di-indonesia-masih-tradisional