Seperti dilansir dalam kompas.com, lebih kurang 10% anak di dunia mengalami kegendutan. Di Indonesia sendiri, 8,3% anak gemuk dan 2,5% anak obesitas pada usia 13-15 tahun. Jika melihat fenomena ini, kami menelaah banyak faktor penyebabnya. Namun, kami tertarik kepada bagaimana stress berpengaruh terhadap bobot anak.
Berdasarkan pengalaman seorang ibu yang juga General Manager perusahaan IT terkenal di Jakarta, Kiki Prajitnowati, anak keduanya sering mengalami stress karena ditinggal kerja pagi sampai malam. Setiap anak itu stress karena Kiki tidak ada pada siang hari, ia meminta makan kepada kakak atau pengasuhnya. Akibatnya, ia mengalami kegemukan. Tak tanggung-tanggung pada usia 8 tahun bobotnya sudah mencapai 60 kg.
Pengalaman itu mungkin jadi satu dari sekian banyak kejadian di Indonesia. Dr Nataniel Viuniski, Spesialis Anak dan Nutrisi dari Brazil dalam Konferensi Pers Wellness Tour Asia Pacific 2014 Herbalife di Jakarta, 28 Oktober 2014 juga mengakui. Salah satu pemicu kegemukan pada anak adalah stress.
Mengapa stress bisa memicu kegemukan pada anak? Kembali lagi pada definisi stress yang merupakan respon. Makan jadi responnya ketika mengalami kejadian yang mencemaskan.
Lebih jauh, Dr Nataniel menjelaskan kalau saat anak stress ada hormon kortisol yang menyebabkan kondisi lapar terus-menerus. Tak heran ia jadi makan untuk memenuhi responnya. Kemudian, rasa stress membuatnya tidak bergairah melakukan aktivitas fisik (olahraga). Bisa bayangkan bukan apa akibatnya.