Poliomyelitis atau polio adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf, menyebabkan nyeri atau merusak saraf motorik, sehingga menyebabkan kelumpuhan otot (ketidakmampuan untuk menggerakan tungkai atau bagian tubuh lain). Virus polio dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui rongga mulut, kemudian masuk ke saluran pencernaan, aliran darah dan akhirnya ke sistem saraf pusat. Pada umumnya, ditularkan melalui air atau makanan yang terkontaminasi atau melalui kontak dengan penderita polio.
Awal tahun 2014, WHO (World Health Organization) telah menyatakan Indonesia sebagai salah satu negara yang bebas dari polio berkat program vaksinasi polio yang luas, bersama dengan negara lainnya di Asia Tenggara, Pasifik Barat, Eropa, dan Amerika. Namun, penyakit ini masih rentan di negara seperti Afganistan dan Pakistan, dan Nigeria. Meski begitu, bukan berarti Indonesia menjadi tidak waspada lagi terhadap virus polio.
Penyakit polio dapat diklasifikasikan sebagai polio simtomatik (dengan gejala) atau polio asimtomatik (tanpa gejala). Sekitar 95% dari semua kasus tidak menunjukkan gejala (polio asimptomatik), dan 4-8% kasus menunjukkan gejala (polio simtomatik). Polio simtomatik dapat dibagi lebih lanjut ke dalam bentuk ringan (non paralitik), polio yang gagal dan bentuk yang parah disebut polio paralitik (terjadi pada 0,1%-2% dari kasus).
Polio paralitik juga dapat diklasifikasikan sebagai:
- Polio spinal, serangan neuron motor (saraf yang membawa impuls motorik/penggerak) di sumsum tulang belakang ini menyebabkan kelumpuhan di lengan dan kaki serta menimbulkan masalah pernapasan.
- Polio bulbar, memengaruhi neuron yang bertanggung jawab untuk penglihatan, sensasi sentuhan, menelan, dan bernapas.
- Polio bulbospinal, campuran antara polio spinal dan polio bulbar.
Banyak orang dengan polio non-paralitik mampu pulih sepenuhnya, sementara pasien dengan polio paralitik umumnya berakhir dengan kelumpuhan permanen.
Gejala Polio
Polio non paralitik
- Muntah
- Lemah otot
- Demam
- Meningitis
- Merasa letih
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Kaki, tangan, leher, dan punggung terasa kaku dan sakit
Polio paralitik
Polio paralisis adalah tipe polio yang paling parah dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Polio paralisis bisa dibagi berdasarkan bagian tubuh yang terjangkit, seperti batang otak, saraf tulang belakang, atau keduanya.
Gejala awal polio paralisis sering kali sama dengan polio non-paralisis, seperti sakit kepala dan demam. Gejala polio paralisis biasanya terjadi dalam jangka waktu sepekan, di antaranya adalah sakit atau lemah otot yang serius, kaki dan lengan terasa terkulai atau lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
Beberapa penderita polio paralisis bisa mengalami kelumpuhan dengan sangat cepat atau bahkan dalam hitungan jam saja setelah terinfeksi dan kadang-kadang kelumpuhan hanya terjadi pada salah satu sisi tubuh. Saluran pernapasan mungkin bisa terhambat atau tidak berfungsi, sehingga membutuhkan penanganan medis darurat.
Faktor Penyebab Polio
- Berpergian atau tinggal di daerah dengan epidemik polio.
- Keadaan imunodefisiensi seperti HIV/AIDS
- Riwayat tonsilektomi
Pencegahan Polio
Imunisasi merupakan tindakan yang paling efektif dalam mencegah virus polio. Pencegahan virus polio dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian imunisasi polio pada anak-anak.
Maka dari itu, langkah pencegahan melalui imunisasi masih sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio seumur hidup, terutama pada anak-anak. Anak-anak harus diberikan empat dosis vaksin polio tidak aktif, yaitu pada saat mereka berusia 2 bulan, 4 bulan, antara 6 – 18 bulan, dan yang terakhir adalah pada usia antara 4 – 6 tahun.
Saat ini terdapat dua vaksin yang tersedia untuk melawan penyakit polio yaitu vaksin dengan virus polio inaktif (IPV) dan vaksin polio oral (OPV).
- IPVterdiri dari serangkaian suntikan dimulai dari 2 bulan setelah lahir dan berlanjut sampai anak berusia 4-6 tahun. Vaksin ini dibuat dari virus polio tidak aktif, tapi sangat aman dan efektif dan tidak dapat menyebabkan polio.
- OPVdiciptakan dari bentuk lemah atau dilemahkan dari virus polio, dan menjadi vaksin pilihan di banyak negara karena biaya yang lebih murah, kemudahan pemberian, dan kemampuan untuk memberikan kekebalan yang sangat baik dalam usus. Namun, OPV juga dikenal untuk dapat kembali ke bentuk berbahaya dari virus polio yang mampu melumpuhkan orang yang divaksin, sehingga dibutuhkan kondisi prima untuk menerima OPV.
Sedangkan, orang dewasa yang harus mendapatkan serangkaian vaksin polio adalah mereka yang belum pernah divaksinasi atau status vaksinasinya tidak jelas. Sementara itu, vaksinasi polio booster sangat dianjurkan pada siapa pun yang tidak divaksinasi atau tidak yakin jika dirinya pernah divaksinasi.