Sebagian orangtua takut anaknya disunat. Ada beberapa alasan, salah satunya kawatir anaknya bakal menderita autisme jika dewasa. Kekhawatiran para orangtua memang didasarkan atas beberapa penelitian yang mengaitkan sunat dengan risiko autisme. Bahkan studi peneliti Denmark yang dikerjakan pada tahun 2013 terhadap 300.000 anak laki-laki yang berusia 0-9 tahun, diklaim memperkuat hubungan sunat dengan hiperaktif, termasuk autism spectrum disorder (ASD) atau oleh awam disebut autisme.
Menurut si peneliti, sunat itu menimbulkan rasa sakit yang dapat memengaruhi perkembangan otak si kecil. Ini karena sunat membuat anak ketakutan dan stres. Karena sunat yang dipaksakan, banyak di antara mereka menderita penyakit saraf, salah satunya autisme. Sunat juga diklaim dapat menyebabkan anak-anak jadi hiperaktif.
SUNAT TIDAK MENYEBABKAN AUTIS PADA ANAK
Padahal tidak demikian. Sunat pada anak laki-laki tidak memiliki hubungan kuat terhadap timbulnya penyakit saraf tersebut. Adalah Brain J Morris yang studinya dimuat dalam Journal of the Royal Society of Medicine terbitan tahun 2015. Dalam risetnya itu Morris membantu studi sebelumnya yang dilakukan pada 2013 tersebut.
Ia mengatakan bahwa dari 337 anak laki-laki Muslim yang terlibat dalam studi yang melibatkan 300.000 anak laki-laki tersebut dan menderita autisme – hanya 10 persen yang disunat. Sisanya belum disunat. Ini berarti justru penderita autisme justru berasal dari anak-anak yang tidak atau belum disunat.
Menurut Morris, obat anestesi yang digunakan dokter atau tenaga medis untuk menyunat anak laki-laki tidak memicu terjadinya autisme, meskipun itu obat bius total. Selain itu, kini ada beberapa teknik sunat yang tidak memerlukan obat bius, baik obat bius lokal maupun total.
Begitu pula parasetamol yang digunakan sebagai obat pereda nyeri atau sakit, yang biasa diberikan pada anak-anak yang sudah disunat, tidak mempengaruhi gangguan pada anak-anak atau bayi sepanjang diberikan menurut dosis yang diberikan dokter.
Sunat pada anak-anak tidak menyebabkan autisme, justru menjauhkan mereka dari berbagai penyakit seperti penyakit menular. Antara lain, penyakit gonore, herpes, kanker serviks, dan sebagainya. Selain itu, secara kejiwaan, seseorang yang sudah disunat tmengaku mengalami kepuasaan seksual dan fungsi seksualnya meningkat ketika berhubungan intim dengan pasangannya.
Sebaliknya, anak-anak yang tidak disunat berpotensi terkena penyakit lain. Selain rentan terkena penyakit menular seksual seperti disebutkan di atas, anak laki-laki yang tidak disunat bisa terkena penyakit kanker penis.
Ini bisa terjadi karena kulup pada penis tidak dipotong. Dengan adanya kulup, banyak kotoran, termasuk jamur akan menumpuk di dalam kulup yang lama kelamaan bisa menimbulkan penyakit. Artinya sunat lebih banyak memberikan manfaat.