4 MITOS SUNAT, MASIH PERCAYA?

Masyarakat Indonesia sampai saat ini masih mempercayai mitos  yang beredar. Hal ini disebabkan karena pada zaman dahulu teknologi masih kuno dan tidak secanggih seperti sekarang. Namun, kemajuan dibidang teknologi dan ilmu pengetahuan tidak dapat mengubah budaya masyarakat Indonesia yang mempercayai mitos.  Salah satu mitos yang berkembang di masyarakat adalah mengenai sunat.  Meskipun sunat dapat dijelaskan melalui medis, masyarakat di Indonesia masih mempercayai mitos yang beredar dan tidak sesuai dengan medis.

klik banner konsultasi via wa

1. Sunat jin

sunat-jin

Sunat jin tidak ada. Dalam pandangan medis, hal ini terjadi karena adanya gangguan yang menyebabkan kulup penis tertarik ke belakang dan tidak bisa dikembalikan, lalu membengkak. Ini disebut parafimosis. Parafimosis adalah istilah medis untuk kelainan bentuk penis yang terjadi karena preputium tertarik ke belakang, dan melipat, serta menjerat batang penis, sehingga tidak bisa lagi ditarik ke depan. Ini menyebabkan kepala penis terlihat seolah-olah seperti habis dikhitan.

Kelainan tersebut jika dibiarkan dapat mengganggu kesehatan anak, karena dapat menimbulkan nyeri, sulit untuk berkemih yang berakibat infeksi saluan kemih dan bahkan ada yang tidak dapat dapat bekemih sehingga membutuhkan tindakan ekstra. Tindakan tepat untuk kasus seperti ini adalah segera melakukan sunat agar kulit kulupnya tidak menjepit kepala penis.

2. Sunat mempercepat pertumbuhan anak

sunat-dapat-mempercepat-pertumbuhan

Menurut dr Mahdian Nur Nasution, SpBS pemilik Rumah Sunat dr.Mahdian, pertumbuhan anak tidak ada hubungannya dengan sunat. Anggapan sunat dapat percepat pertumbuhan anak kemungkinan terjadi karena, budaya di Indonesia umumnya anak lelaki disunat menjelang aqil baligh. Sehingga, kebetulan saat anak selesai disunat dan ia memasuki masa aqil baligh, growth hormone-nya pun sedang tinggi-tingginya. Anak bisa saja lebih banyak makan, tubuhnya lebih cepat besar dan juga tinggi.

Selain itu, pertumbuhan anak bisa terjadi karena faktor genetik dan faktor nutrisi. Faktor genetik merupakan faktor internal yang merupakan bawaan dari sifat orangtua yang diturunkan kepada anak. Misalnya fisik yang sama dengan anggota keluarga yang lain. Selain itu faktor genetik ini juga akan menurunkan banyak hal lainnya seperti faktor resiko sakit yang dialami orangtua hingga sifat yang mungkin menurun pada anak.

Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat.

3. Sebelum sunat tidak boleh lari-lari

sebelum-sunat-tidak-boleh-lari

Setiap kali anak akan sunat, para orangtua pasti melarang anak-anaknya untuk berlari-lari yang nantinya akan menyebabkan keluarnya banyak darah pada saat proses sunat. Hal ini tidak bisa dibenarkan. Keluarnya banyak darah biasanya karena si anak terlalu tegang, sehingga memicu jantung lebih cepat dari biasanya. Itulah sebabnya darah keluar banyak.

4. Habis sunat tidak boleh mandi

Habis-sunat-tidak-boleh-mandi

Menurut dr Mahdian Nur Nasution, SpBS, hal ini dimungkinkan karena teknik sunat tradisional atau konvensional lebih banyak menimbulkan kekhawatiran. Teknik sunat zaman dulu masih sulit dan bahkan menggunakan alat-alat tradisional yang ditakutkan adalah luka bekas sunat akan semakin lama sembuh.

Setelah penjelasan mengenai mitos-mitos sunat yang beredar, diharapkan masyarakat Indonesia bisa mengetahui kebenarannya dan tidak begitu saja menelan informasi yang beredar.

klik banner konsultasi via wa