KHITAN atau sunat dikenal sebagai budaya baik karena perintah adat atau kepercayaan. Meski kini khitan sudah diakui di dunia modern, ada banyak mitos-mitos salah yang dipercaya.
Beberapa mitos berhubungan dengan masalah kesehatan. Tapi, tidak sedikit yang mengarah kepada takhayul karena tidak memiliki alasan berdasar. Menurut dr Mahdian Nur Nasution, SpBS, hal ini dimungkinkan karena teknik khitan tradisional atau konvensional lebih banyak menimbulkan kekhawatiran.
“Dulu banyak pantangan, dari mulai nggak boleh mandi sampai nggak boleh lewat di bawah jemuran atau kotoran ayam. Mitos banyak muncul karena teknik sunat yang susah, masalah higienitas, dan perawatan yang sulit,” tutur dokter dari klinik Rumah Sunatan tersebut.
Lebih lanjut, dalam presentasinya di acara peluncuran produk “Mahdian Klem” di Jakarta, belum lama ini, ia pun membeberkan beberapa mitos yang dapat dibantah dengan fakta-fakta yang sebenarnya sebagai berikut.
Khitan hanya sekadar adat semata
Faktanya, khitan juga diatur dalam berbagai kepercayaan agama yang telah dibuktikan dengan pengetahuan modern karena manfaatnya.
“Khitan terbukti dapat menjaga higienitas alat kelamin pria, sehingga mencegah infeksi, menurunkan risiko fimosis,mencegah kanker penis, menurunkan risiko hiv dan penyakit menular seks seperti penyakit akibat HPV,” jelas dr Mahdian.
Pertumbuhan anak menjadi lebih cepat setelah khitan
Faktanya pertumbuhan seorang anak tidak berhubungan langsung dengan khitan, karena faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah hormon, gizi, dan keturunan.
“Hanya faktor kebetulan saja kalau misalnya anak setelah di sunat menjadi lebih cepat. Karena budaya orang Indonesia, anak disunat saat usia masa pertumbuhan, yaitu sekitar 10 – 12 tahun, di mana anak sedang ber kembang menjadi remaja ” kata dr Mahdian.
Tidak boleh makan telur dan daging setelah khitan
Faktanya, menurur dr Mahdian, justru makanan tersebut mengandung protein tinggi yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka. Manfaat protein adalah untuk membentuk jaringan, pengganti sel yang rusak, dan berperan sebagai pembangun tubuh anak.
Fenomena dikhitan jin
Kepercayaan tersebut adalah salah. Faktanya, kondisi penis anak seperti disunat bisa dijelaskan secara ilmiah. Masalah yang umum adalah karena adanya gangguan yang menyebabkan kulup penis tertarik ke belakang dan tidak bisa dikembalikan, lalu membengkak. Ini disebut parafimosis.
“Parafimosis adalah istilah medis untuk kelainan bentuk penis yang terjadi karena preputium tertarik ke belakang, dan melipat, serta menjerat batang penis, sehingga tidak bisa lagi ditarik ke depan. Ini menyebabkan kepala penis terlihat seolah-olah seperti habis dikhitan,” jelasnya.
http://lifestyle.okezone.com/read/2015/12/15/481/1267585/menguak-mitos-seputar-sunat
http://lifestyle.okezone.com/read/2015/12/15/481/1267585/menguak-mitos-seputar-sunat