Smegma sebenarnya tidak berbahaya bahkan berfungsi sebagai pelumas saat berhubungan seksual. Pada pria yang tidak disirkumsisi, smegma membantu agar prepusium dapat bergerak maju mundur dari kepala penis tanpa iritasi. Namun, smegma yang menumpuk dapat menimbulkan masalah di kemudian hari. Pada pria, penumpukan smegma dapat menyebabkan perlengketan antara prepusium dan glans penis. Akibatnya, penis terasa sakit saat terjadi ereksi. Pada wanita, nyeri juga dapat terjadi dengan adanya perlengketan antara klitoris dan penutupnya akibat penumpukan smegma.
Penumpukan smegma pada pria juga dapat menimbulkan balanitis, yaitu peradangan pada glans penis. Hal ini ditandai dengan keluarnya cairan yang berbau tidak sedap dari penis. Balanitis cukup sering dijumpai, bahkan menjadi penyebab datangnya 1 dari 10 pria yang berkunjung ke klinik kesehatan seksual.
Dahulu, smegma yang jarang dibersihkan diduga dapat menyebabkan terjadinya kanker pada penis. Namun, hal ini terbantahkan oleh sejumlah penelitian. Meski demikian, studi menunjukkan bahwa risiko terjadinya kanker penis dapat meningkat secara tidak langsung akibat penumpukan smegma, yaitu melalui iritasi yang mungkin terjadi pada prepusium dan kepala penis.
Membersihkan smegma secara rutin dapat mencegah terjadinya balanitis pada pria. Caranya adalah dengan membasuh daerah kelamin menggunakan air hangat sedikitnya sekali sehari, terutama pada laki-laki yang tidak disunat. Penggunaan sabun atau cairan pembersih yang berbau tajam, deodoran, atau produk-produk lain untuk mencuci daerah kelamin tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan iritasi.
Bagaimana dengan anak-anak? Pada anak laki-laki, penumpukan smegma umum dijumpai. Pada saat lahir, umumnya prepusium dan kepala penis masih menyatu dalam satu struktur. Setelah lahir, terjadi proses normal pemisahan prepusium dari kepala penis pada masa pertumbuhan. Proses ini melibatkan matinya sel-sel kulit dan pembentukan smegma di lapisan tersebut. Perubahan ini umumnya terjadi sebelum anak berusia lima tahun.
Pada anak yang lebih besar, penumpukan smegma dapat terjadi karena anak belum dapat membersihkan daerah genitalnya sendiri dan karena ujung prepusium yang sempit atau bahkan tertutup (fimosis). Perlu diperhatikan agar tidak menarik prepusium secara paksa untuk membersihkan smegma pada anak-anak. Hal ini dapat menimbulkan cedera pada penis dan prepusium. Selain menimbulkan nyeri hebat, penarikan secara paksa dapat menimbulkan perdarahan, robekan, hingga jaringan parut yang dapat merepotkan di kemudian hari.