Meski praktik khitan atau sirkumsisi di luar negeri pernah mengalami penurunan di tahun 2005, belakangan praktik sirkumsisi kembali meningkat, terutama setelah American Academy of Pediatrics (APP) mengeluarkan statement bahwa praktik sirkumsisi lebih banyak manfaatnya dibandingkan risikonya dari sisi kesehatan, seperti menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi menular seksual termasuk diantaranya; HIV, herpes genital, human papillomavirus dan sipilis. Baik dilakukan dengan metode konvensional seperti laser atau dengan teknologi modern dalam hal ini klem.
Meski demikian banyak yang tidak kita ketahui tentang praktik sirkumsisi yang dilakukan baik karena alasan kesehatan, agama maupun budaya ini. Sebagai contoh khitan dahulu pernah dilakukan sebagai upaya untuk menyembuhkan orang dari berbagai penyakit.
Tepatnya sekitar akhir tahun 1800-an, para praktisi medis saat itu melakukan tindakan sirkumsisi untuk mengatasi beberapa masalah kesehatan seperti halnya demam pada anak, keracunan tembaga bahkan hingga kelumpuhan. Dalam sebuah jurnal kesehatan di Amerika seorang dokter bernama Lewis Sayre yang merupakan spesialis ortopaedi di Bellevue Hospital Medical College, dipanggil seorang perawat untuk mengatasi seorang anak berusia 5 tahun yang lututnya di tekuk, dengan kondisi lumpuh tanpa bisa berjalan.
Dr. Sayre kemudian melakukan pemeriksaan. Selama pemeriksaan dilakukan ia menemukan bahwa kulit khatan atau yang dikenal sebagai kulit kulup atau prepusium anak laki-laki berusia 5 tahun itu mengalami kontraksi, sehingga anak mengalami kesakitan atau dalam kondisi medis disebut dengan paraphimosis. Dikatakan bahwa kulit kulup atau prepusium seringkali terjebak di kepala penis dan tidak bisa dikembalikan. Pada kondisi ini anak akan merasa nyeri dan memang harus dilakukan pertolongan segera. Dari kondisi ini, dokter Sayre selanjutnya memutuskan untuk melakukan tindakan sirkumsisi pada anak. Paska tindakan sirkumsisi anak kemudian bisa kembali berjalan normal. Dari kejadian tersebut terkait dengan kondisi paraphimosis dokter menganjurkan untuk melakukan tindakan sirkumsisi, dapat juga dilakukan peregangan kulup secara manual, operasi untuk memperlebar kulup hingga tindakan preputioplasty.
Perlu diketahui kulit kulup bukan hanya sekedar kulit. Kulit ini memiliki 2 lapisan yakni lapisan luar (prepusium) dan kulit bagian dalam atau mukosa. Dalam beberapa literature dikatakan mukosa inilah yang dicurigai sebagai tempat bersemayamnya bakteri dan virus yang menyebabkan beberapa penyakit menular seksual.