Malnutrisi masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat di indonesia, dimana kita tahu konsekwensi dari permasalahan gizi ini sangat bayak, seperti; meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas, meningkatnya prevalensi penyakit-penyakit tidak menular, dan juga perkembangan mental anak yang menurun.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) mengemukakan masalah utama dari malnutrisi yang ada di Indonesia, diantaranya; stunting (kerdil), under weight, dan wasting. Selain itu juga terdapat beberapa masalah lain seperti defisiensi vitamin A, defisiensi zat besi dan juga defisiensi yodium, yang nantinya dapat mengakibatkan masalah kesehatan dimasa yang akan datang.
Untuk mengetahui seberapa besar, permasalahan status gizi anak Indonesia, dilakukan studi bertajuk “National Nutritional Assessment of Children Age 6 Months – 12 Years Old in Indonesia.” Tujuan studi ini untuk mengetahui status gizi anak Indonesia umur 6 bulan sampai 12 tahun, selain itu juga untuk mengetahui dietary intake dan dietary pattern, untuk mengakses status mikronutrient anak Indonesia, termasuk di dalamnya; status yodium, dan juga untuk melihat aktivitas fisik, kognitif, dan perkembangan motorik anak. Dan tak ketinggalan untuk melihat kepadatan tulang anak-anak Indonesia.
Studi diikuti oleh sekitar 7.200 anak dari 34 kabupaten dan 14 kota, di wilayah Indonesia. Dari semua populasi studi dilakukan juga pemeriksaan; antopometri, konsumsi makanan harian, pemeriksaan biokimia, aktifitas fisik, kepadatan tulang, pemeriksaan urine, dan tumbuh kembang anak.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa; untuk kebutuhan asupan makanan harian anak Indonesia, ternyata masih di bawah kebutuhan minimal energi. Sebanyak 20% anak laki-laki, dan 26% anak perempuan dengan umur di bawah 2 tahun, di Indonesia masih kekurangan. Selain itu, dalam penelitian ini, anak-anak Indonesia juga masih kekurangan intake kalori maupun protein.
Sebanyak 34% balita di Indonesia mendapat predikat pendek (stunting), 30% anak-anak sekolah pendek. Ini disebabkan oleh banyak hal, seperti karena kurangnya asupan makanan harian anak, dan juga banyakannya kejadian penyakit infeksi pada anak-anak kita.
Defisinesi zat besi dalam penelitian ini juga angkanya cukup besar, sekitar 10% anak di kota dan 16% untuk anak yang tinggal di pedesaan. Sementara defisiensi yang paling buruk terjadi pada defisiensi vitamin D. Dikatakan dalam penelitian ini sebesar 40% anak Indonesia mengalami defisiensi vitamin D.
Kabar baiknya dari penelitiaan ini adalah defisiensi yodium, anak di Indonesia sudah sangat kecil. Selain itu, defisiensi vitamin A di Indonesia saat ini juga sudah cukup kecil. Dikatakan ini merupakan salah satu keberhasilan dari program pemerintah, yang beberapa tahun ini memberikan asupan vitamin A gratis.