Di sunat, masih menjadi momok bagi anak-anak. Kebanyakan dari mereka takut di sunat karena ada yang menakut-nakuti, baik tentang di sunat itu sendiri maupun menakuti anak dengan dokter atau jarum suntik sehingga mereka mau menurut.
Menakuti anak dengan jarum suntik atau dokter, seperti “jangan nangis, nanti disuntik dokter” atau “kalau kamu nakal, nanti dimarahi dokter” dengan tujuan agar anak menurut sehingga sang anak bersikap baik. Semakin orangtua sering mengatakan hal tersebut, nantinya akan menjadi sebuah kebiasaan yang akan dianggap anak sebagai ancaman. Tidak hanya hal tersebut membawa dampak negatif bagi perkembangan anak, tapi juga akan menakuti anak pada dokter.
Ketakutan anak pada dokter akan membuat mereka tidak mau pergi menemui dokter, sehingga ia menolak melakukan pemeriksaan kesehatan ataupun saat di sunat. Setiap kali melihat dokter, mereka akan menangis ketakutan. Selanjutnya, mereka akan menghindari melakukan pemeriksaan atau di sunat sehingga dampaknya akan menyulitkan orangtua untuk membujuk.
Dampak Negatif Menakuti Anak
Sebagian orangtua mungkin akan menganggap menakuti anak sebagai cara yang efektif dalam ‘membujuk’ anak. Namun, nyatanya cara tersebut dapat berisiko membawa dampak negatif dan serius. Berikut adalah dampak negatif dari menakuti anak:
- Menjadi Penakut
Anak tumbuh menjadi penakut dan mudah merasa cemas. Hal ini kemudian mendorong anak menjadi tidak mandiri, tidak percaya diri, takut melakukan kesalahan, ragu-ragu dalam mengambil keputusan atau melakukan sesuatu.
- Mengalami Trauma
Seorang anak masih belum bisa mengontrol perasaannya, apalagi jika mereka merasa ketakutan. Tak jarang ketakutan itu terbawa sampai mimpi buruk. Akibatnya, mereka akan mengalami sulit tidur, perasaan cemas dan bahkan menjadi trauma. Trauma yang tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat akan menjadi berkepanjangan hingga dewasa.
- Sulit Berkonsentrasi
Sering menakuti anak dapat berdampak mengganggu konsentrasi mereka sehingga dapat mengganggu proses belajar maupun aktivitas. Anak akan berpikir tentang rasa takut tersebut secara terus-menerus.
Berikan Penjelasan Pada Anak
Setiap orangtua mungkin memiliki cara tersendiri bagaimana mereka mendidik anak. Namun, sebagian dari mereka memilih cara ‘menakuti’ agar anak menjadi penurut. Misalnya, anak tak mau makan, orangtua akan menakuti dengan mengancam , “nanti sakit, dibawa ke dokter buat disuntik”. Dalam benak anak, dokter dan jarum suntik itu menakutkan.
Setiap kali anak akan mengunjungi dokter pikiran mereka akan disuntik sehingga mereka akan takut bertemu dokter. Dibandingkan menakut-nakuti anak, orangtua dapat memberikan penjelasan. Misalkan, “kamu perlu makan supaya tidak sakit. Kalau sakit mau main atau jalan-jalan pasti enggak bisa. “ Bukannya mengancam, padahal mungkin dokter hanya akan melakukan pemeriksaan dan meresepkan obat saja.
Anak Juga Perlu Ke Dokter Untuk Di Sunat
Mengunjungi dokter tidak hanya saat anak sakit, tapi juga bisa saja melakukan pemeriksaan rutin atau bahkan sunat.
Tak sedikit anak yang takut di sunat ketika melihat dokter. Dalam pikiran mereka dokter identik dengan jarum suntik. Nah, maka tak perlu heran jika banyak anak yang akan menangis saat hendak di sunat. Tapi, kini Anda tak perlu khawatir lagi karena sunat tak lagi memakai jarum suntik.
baca juga: Hindari trauma dengan sunat tanpa jarum suntik
Teknologi sunat tanpa suntik dapat Anda temukan di Rumah Sunat dr. Mahdian. Dokter yang melakukan tindakan pun ramah terhadap anak dan mampu berkomunikasi dengan baik. Selain itu, sunat kini tak hanya dapat dilakukan di klinik tapi juga sunat di rumah Anda. Hal ini akan membuat anak merasa lebih nyaman.