Beberapa waktu yang lalu dua orang peneliti melakukan penelitian yang melibatkan sekitar 153 orang pria dewasa. Hal ini dilakukan dengan melibatkan pria dewasa dengan rata-rata usia 33 tahun, sedangkan penelitian yang satunya lagi melibatkan pria yang lebih tua dengan rata-rata usia 65 tahun. Dari setiap penelitian yang dilakukan tersebut, para peneliti tersebut membandingkan berapa lama waktu yang digunakan untuk duduk, serta berapa jumlah waktu yang digunakan untuk melakukan olahraga. Kondisi ruangan yang tenang serta kursi dan sofa yang baik memang dapat membuat kita nyaman saat duduk. Akan tetapi hal tersebut bukan berarti kita bisa duduk berlama-lama. Ini disebabkan karena duduk terlalu lama akan meningkatkan peluang seseorang untuk mengalami diabetes seperti hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Biasanya disarankan untuk para pasien diabetes untuk melakukan olahraga rutin yang cukup setidaknya sebanyak 150 menit setiap minggu agar tubuh tetap fit dan tetap terhindar dari penyakit obesitas ataupun diabetes.
Akan tetapi berdasarkan temuan dari dua penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa mengurangi waktu duduk hingga 90 menit sehari dapat memberikan manfaat kesehatan yang sangat besar bagi tubuh. Dengan membatasi durasi waktu seseorang untuk duduk baik di rumah maupun kantor bisa menjadi alternatif yang sangat efektif dan berguna dalam memerangi epidemi diabetes, dikatakan Joseph Henson, selaku pemimpin penelitian dari University of Leicester. Dalam penelitian ini dilibatkan para peneliti dengan target yang terdiri dari 153 orang pria dewasa. Hasil penelitian pertama melibatkan orang dewasa dengan usia rata-rata 33 tahun, sementara penelitian yang satunya melibatkan orang dewasa yang lebih tua dengan usia rata-rata usia 65 tahun. Pada setiap penelitiannya, para peneliti membandingkan waktu yang dihabiskan untuk duduk, serta jumlah waktu yang digunakan untuk berolahraga. Para peneliti menemukan bahwa waktu yang dihabiskan untuk duduk terlalu lama secara signifikan terkait dengan tingginya gula darah, kadar kolesterol, dan faktor risiko lainnya yang menyebabkan penyakit jantung dan diabetes. Namun demikian, temuan ini belum bisa membuktikan secara detail adanya hubungan sebab-akibat antara duduk dan diabetes. Meskipun begitu, Henson berharap para dokter dapat memberitahu kepada pasiennya tentang temuan informasi ini. “Selama ini, program pencegahan penyakit diabetes dan kardiovaskular hanya berkonsentrasi pada olahraga, dimana hal tersebut memang penting dan mendasar bagi kesehatan kardiometabolik”, kata Henson. “Menasehati orang untuk rutin berolahraga memang membantu, namun akan lebih efektif lagi jika mereka lebih didorong untuk mengurangi duduk dan bergerak lebih banyak”, tambah dia.